Kontribusi

Setiap klik iklan yang ada pada blog, berarti anda sudah turut berkontribusi dalam pengembangan blog ini

Tuesday 17 February 2015

Teori Belajar Kognitif : Teori Piaget dan Vygotsky

TEORI BELAJAR KOGNITIF :
TEORI PIAGET DAN TEORI VYGOTSKY

Konsep belajar kognitif berbeda dengan konsep belajar behavior, konsep belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan anatra stimulus dan respon. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perceptual. Konsep ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu prosese internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.  Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dalam praktek pembelajaran, konsep kognitif  antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti :  

A.    Teori Belajar Piaget
1.      Konsep perkembangan Piaget
Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan system saraf.  Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefenisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.  
Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melakukan adaptasi dengan dengan lingkungannya.
Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru  maka informasi tersebut akan di modifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila  struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi.
Asimilasi dan akomodasi akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau suatu ketidak seimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat  atau yang dialaminya sekarang. Proses ini akan mempengaruhi struktur kognitif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbnagan).
Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah yang disebut ekuilibrasi.
Sebagaimana dijelaskan diatas, proses asimilasi dan akomodasi mempengaruhi struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis. Piaget membagi tahap-tahap perkembnagan kognitif ini menjadi empat yaitu:
a.       Tahap Sensosimotor (umur 0 – 2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan pesepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah
b.      Tahap Preoperasional (umue 2-7/8 tahun)
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembnagnya konsep-konsep intuitif. 
c.       Tahap Operasional Konkrit (umur 7 atau 8 -11 atau 12 tahun)
Ciri pokok pada tahap perkembangan ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekelan. Anak telah memilki kecakapan berpikir logis, akan  tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.
d.      Tahap Operasional Formal ( umur 11-/12-18 tahun)
Ciri pokok pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deduvtive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
            Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensosri motor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasional, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembngan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksaknakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak aka nada mknanya bagi siswa.
2.      Aplikasi teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan , agar belajar lebih bermakna bagi siswa, sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1)      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya, mereka mengalami perkembnagan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2)      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit .
3)      Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4)      Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5)      Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun   dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6)      Belajar memahami akan lebih bermakan dari pada belajar menghafal.
7)      Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan. Karena factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Langkah-langkah pembelajaran menurut Piaget:
1)      Menentukan tujuan pembelajaran
2)      Memilih materi pelajaran
3)      Menentukan topic-topik yang daoat dipelajari siswa secara aktif
4)      Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topic-topik tersebut
5)      Mengembnagkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir Siswa





B.     Teori Belajar Vygotsky
1.      Konsep Perkembangan Vygotski
Pandangan yang mampu mengakomodasi sociocultrasl –revolution dalam teori belajar dan pembelajaran oleh Lev Vygotsky. Ia mengatakan bahwa jalan fikiran seseorang harus dimengerti dari latar social-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya, dari interaksi social yang dilatri oleh sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fngsi mental seseorang berasal dari kehidupan social atau kelompoknya, dan bukan dari individu itu sendiri. Interaksi social demikian antara lain berkaitan erat dengan aktivitas-aktivitas dan bahasa yang dipergunakan. Kunci utama untuk memahami proses-proses social psikologis manusia adalah tanda-tanda atau lambing yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau lambing tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio cultural dimana seseorang berada.
Mekanisme teori yang digunakannya untuk menspesifikasi hubungan antara pendekatan sosio cultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi semiotic, yang artinya adalah tanda-tanda atau lambing-lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya brfungsi sebagai penengah antara rasionalitas dalam pendekatan sosiokultral dan manusia sebagai tempat berlangsungnya proses mental.
Atas dasar pemikiran Vygotsky, Moll dan Greenberg melakukan studi etnografi dan menemukan adanya jaringan-jaringan erat, luas dan kompleks di dalam dan diantara keluarga-keluarga. Jaringan-jaringan tersebut berkembang atas dasar confianza yang membentuk kondisi social sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai social budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi social sehari-hari. Mereka terlibat secara aktif dalam interaksi social dalam keluarga untuk memperoleh dan juga menyebarkan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki. Ada suatu kerja sama diantara anggota keluarga dalam interaksi tersebut.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat sekunder. Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber social di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Konsep-konsep penting teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan revousi-sosiokultural dalam teori belajar dan pembelajaran adalah hokum genetic tentang perkembangan (genetc law of development) zona perkembangan proksimal (Zone of Proximal development) dan mediasi.
a.      Hukum Genetik Tentang Perkembangan (Genetic Law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran social tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (dapat dikategorikan sebagai interpsikologis atau intermental), dan tataran psikologis di dalam dir I orang yang bersangkutan (dapat dikategorikan sebagai intrapsikologs atau intramental). Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan social sebagai factor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Dikatakan bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi dalam diri seseorang akan muncul dan berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penugasan dan internalisasi terhadap proses-proses social tersebut.

b.      Zona Perkembangan Proksimal (Zone of Proximal Development/ZPD)
Konsep Zona Perkembangan Proksimal (zone of proximal development) dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Menurutnya, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Ini disebut sebagai kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut kemampuan intermental. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan proksimal.
Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan. Perkembangan ini akan menjadi matang melalui interaksinya dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Zona perkembangan proksimal dipandang sebagai perancah atau batu loncatan untuk mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi.
Gagasan Vygotsky tentang  zona perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Beberapa konsep kunci yangperlu dicatat adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling terkait, perkembangan kemampuan seseorang bersifat tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial, dan sebagai bentuk fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam kegiatan sosial.
Berpijak pada konsep zona perkembangan proksimal, maka sebelum kemampuan intramental terbentuk anak perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa dan/atau teman sebaya yang lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara seperti memberikan contoh, feedback, menarik kesimpulan dan sebagainya dalam rangka perkembangan kemampuannya.
c.       Mediasi
Menurut Vygotsky, kunci utama untuk memahami proses-proses social dan psikologis adalah tanda-tanda atau lambing-lambang yang berfungsi sebagai mediator. Tanda-tanda atau lambing-lambang tersebut merupakan produk dari lingkungan sosio-kultural dimana seseorang berada. Semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychological tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambing, atau semiotika.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak dibimbing oleh orang dewasa atau oleh teman sebaya yang lebih kompetensi untuk memahami alat-alat semiotic ini. Anak memahami proses internalisasi yang selanjutnya alat-alat ini berfungsi sebagai mediator bagi proses-proses psikologis lebih lanjut dalam diri anak. Mekanisme hubungan antara pendekatan sosiokultural dan fungsi-fungsi mental didasari oleh tema mediasi semiotic, artinya tanda-tanda atau lambing-lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penghubung antara rasionalitas sosio-kultural (intermental) dengan individu sebagai tempat berlangsungnya proses mental (intramental). Ada beberapa elemen yang dikemukakan oleh Bakhtin untuk memperluas pendapat Vygotsky. Elemn-elemen tersebut berada dalam batasan sejarah, kelembagaan, budaya dan factor-faktor individu.
Ada dua jenis mediasi, yaitu mediasi metakognitif dan mediasi kognitif. Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi self-planning, self-monitoring, self-checking, dan self-evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. Selama menjalani kegiatan bersama, orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten biasa menggunakan alat-alat semiotic tertentu untuk membantu mengatur tigkah laku anak. Selanjutnya anak akan menginternalisasikan alat-alat semiotic ini untuk dijadikan sarana regulasi diri.
Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain proble. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan pengetahuan dengan konsep spopntan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjaminp deklaratif (declarative knowledgme) yang kurang memadai untuk memecahkan berbagai persoalan, dan pengetahuan procedural berupa metode atau strategi untuk memmecahkan masalah. Menurut Vygotsky, untuk membantu anak mengembangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna, dengan cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktek.
            Berdasarkan pada teori Vygotsky di atas, maka akan diperoleh keuntungan jika:
a.       Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk menegmbangkan zona perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang.
b.      Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari paad tingkat perkembangan aktualnya.
c.       Pembelajaran lebih diarahakn pada penggunaan strategi untuk mengembngkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
d.      Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarnya dengan pengetahuan procedural yang dapat digunakan untuk melakuakan tugas-tugas  dan memecahkan masalah.
e.       Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama semua pihak yang terlibat di dalamnya.

2.      Aplikasi Konsep Zona Perkembangan Proksimal dalam Proses Pembelajaran
   Pada setiap perencanaan dan implementasi pembelajaran perhatian guru harus dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah belajar sendiri. Yaitu mereka yang hanya dapat solve problem with help. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps) yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan-bantuan tersebut dapat dalam bentuk pemberian contoh-contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan/alur, langkah-langkah, atau prosedur melakukan tugas, pemberian balikan, dan sebagainya.
   Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman yang lebih kompeten sangat efektif untuk meningkatkan produktifitas belajar. Bantuan-bantuan tersebut tentunya harus sesuai dengan  konteks sosio-kultural atau karakteristik anak.
            Kelompok anak yang cannot solve problem meskipun telah diberikan berbagai bantuan, perlu diturunkan ke kelompok yang lebih rendah kesiapan belajarnya sehingga setelah diturunkan, mereka juga berada pada zone of proximal development nya sendiri, dan oleh karena itu mereka siap memanfaatkan bantuan yang disediakan. Sedangkan kelompok yang telah mampu menyelsaikan masalah secara mandiri harus ditingkatkan tuntutannya, sehingga tidak perlu membuang-buang waktu dengan tagihan belajar yang sama bagi kelompok anak yang ada dibawahnya.

2 comments: