BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat
perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal
yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.
Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus
menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan
masyarakat modern
Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu
ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai
bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada
pendidikan diantaranya adalah kurikulum,
guru dan siswa.
Dalam proses pembelajaran keberadaan guru sangatlah urgen, karena guru yang
menentukan, apakah tujuan pembelajaran
tercapai atau tidak?, bagaimana kompetensi siswa ?
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan
pemahaman siswa di tingkat dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah pada beberapa
materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di
tingkat sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah
cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode
ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami.
Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan
kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran
bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi
belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan
dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2002)
Menurut pendapat oleh Peter Sheal (1989) sesuai
dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia
menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan
“penglihatan” dan “pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan memperoleh
daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi
dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar
hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari
proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar dari
pada memperhatikan
guru mengajar. Sehingga guru
yang “lucu” apalagi memberi nilai “murah” akan menjadi favorit para siswa.
Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan
mendobrak dengan langkah baru? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) itu
akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status
quo atau menjadi agent of change? Guru yang ingin
terjadi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah untuk
dilakukan.
Mencermati hal
tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun
gerakan perubahan mind set kearah
pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran.
Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya
guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan
berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang direncanakan.
Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model
pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan) adalah
tuntutan yang harus diupayakan oleh guru.
Keanekaragaman
model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya
bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang
hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif,
dan psikomotorik peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah
Ibtidaiyah (MI). Ini berarti tidak ada model pembelajaran yang paling baik,
atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain.
Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran
akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak
disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam
mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
Dengan Kurikulum
Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), menuntut adanya keanekaragaman atau variasi
dalam pembelajaran yang mengarah pada pada PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan). Salah satu
model pembelajaran yang menuntut hal tersebut adalah pembelajaran kooperatif.
Makalah in i akan membahas model
pembelajaran kooperatif dengan tipe Grup Investigasi. Dengan demikian makalah
ini diharapkan bisa sebagi acuan bagi guru mata pelajaran dalam proses
pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah Model Pembelajaran Group Investigation?
2.
Apa kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran
group investigation?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui Model Pembelajaran Group Investigation.
2.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari model
pembelajaran group investigation.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola atau
langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat di capai dengan
lebih efektif dan efisien. Menurut Didang (2005) Model Pembelajaran adalah sebagai
suatu disain yang menggambakan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan
yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Model Pembelajaran ada bermacam-macam yaitu Pembelajaran
mencari dan bermakna, Pembelajaran terpadu, Pembelajaran kooperatif, Pembelajaran
Picture and Picture, Pembelajaran cooperative integrated Reading and
composition (CIRC), Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Model Penemuan
Terbimbing, Model Pembelajaran Langsung, Model Missouri Mathematics Project
(MMP), Model Pmbelajarn Problem solving, Model Pmbelajarn Problem posing, dan Pembelajaran
kontekstual.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki
ciri-ciri:
- untuk memuntaskan materi
belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama
- kelompok dibentuk dari siswa
yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
- jika dalam kelas terdapat
siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka
diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
- penghargaan lebih diutamakan
pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
- Hasil belajar akademik , yaitu
untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran
model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep yang sulit.
- Penerimaan terhadap keragaman,
yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam
latar belakang.
- Pengembangan keterampilan
social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya:
berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing
teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.
Sintaks Model Pembelajaran
Kooperatif adalah sebagai berikut :
1
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar
dengan aktif dan kreatif
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi
kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
|
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
agar melakukan transisi secara efisien
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil
kerja masing-masing kelompok
|
6
|
Memberi penghar-gaan
|
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
|
2.3 Model Pembelajaran Group Investigation
2.3.1
Pengertian
Model Pembelajaran Group Investigation
Group
Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih
siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara
aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam
metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu:
penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan
dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S.
Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan
respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah
pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan
sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta
saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
Slavin
(1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan
metode Group Investigation adalah:
1.
Membutuhkan Kemampuan Kelompok
Di
dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat
kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari
informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian
siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk
mengerjakan lembar kerja.
2.
Rencana Kooperatif.
Siswa
bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan,
siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek
mereka di dalam kelas.
3.
Peran Guru.
Guru
menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok
memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya
dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para
guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen,
(Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan
berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik
yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya
di depan kelas.
2.3.2
Sintaks
Model Pembelajaran Group Investigation
Struktur Model Pengajaran dan Pembelajaran
Group Investigation menurut Thelen (1954) dalam Joyce, dkk (2009) secara umum
tergambar dalam enam fase, yaitu :
Fase Pertama
Siswa
dihadapkan pada keadaan yang penuh dengan teka-teki dan membingungkan
(direncanakan atau tidak)
|
Fase Kedua
Siswa
mengeksplorasi reaksi terhadap situasi
|
Fase Ketiga
Siswa
merumuskan tugas dan mengatur pelajaran (peran, tugas, dll)
|
Fase Keempat
Kemandirian dan
kelompok belajar
|
Fase Kelima
Siswa
menganalisis kemajuan dan proses
|
Fase Keenam
Mendaur Ulang
aktivitas
|
Secara sederhana, salah satu contoh sintaks pembelajaran yang
menggunakan model Group nvestigation yaitu dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
Tahap I
Mengidentifikasi topik dan membagi
siswa ke dalam kelompok.
|
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi
kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan
heterogenitas.
|
Tahap II
Merencanakan tugas.
|
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota.
Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana
proses dan sumber apa yang akan dipakai.
|
Tahap III
Membuat penyelidikan.
|
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi
informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok.
|
Tahap IV
Mempersiapkan tugas akhir.
|
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan
dipresentasikan di depan kelas.
|
Tahap V
Mempresentasikan tugas akhir.
|
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain
tetap mengikuti.
Guru
memberikan penjelasan singkat sekaligus membimbing siswa menarik kesimpulan.
|
Tahap
VI
Penghargaan
|
Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang terbaik.
|
Tahap VII
Evaluasi.
|
Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki
dan dipresentasikan
|
2.3.3
Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Group Investigation
1.
dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.
Penerapan metode
pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif,
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.
Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana
saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang
latar belakang.
4.
Model pembelajaran group
investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5.
Memotivasi dan mendorong
siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran.
Kelemahan
pembelajaran dengan model group investigation:
Model pembelajaran group
investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang
lama.
Dampak
Instruksional dan Pengiring
Model ini sangatlah menarik dan
bermanfaat, serta komprehensif, ia memadukan tujuan penelitian akademik,
integrasi social dan pembelajaran serta proses social. Model ini bisa digunakan
dalam semua subjek pelajaran, pada siswa dalam semua umur, jika guru memang
berkeinginan untuk menekankan proses formulasi dan pemecahan maalah dalam
beberapa aspek ilmu pengetahuan disbanding memasukkan informasi yang belum
terstruktur dan belum ditetapkan.
INSTRUKSIONAL
|
PENGIRING
|
Proses & Pengelolaan
Kelompok Efektif
|
Pandangan Konstruktivis tentang
Pengethuan
|
Disiplin dalam Penelitian
Kolaboratif
|
Kemandirian sebagai
Pembelajar
|
Kehangatan &Interpretasi
interpersonal
|
Penghargaan pd martabat
orang lain
|
Penelitian social sebagai
pandangan hidup
|
Model Investigasi Kelompok
|
Dibekali dengan satu aspek dari
penelitian Thelen dan rekonstruksinya, model group investigasi kelompok dapat
dianggap sebagai suatu cara yang langsung mengena dan begitu efektif dalam
pengajaran ilmu pengetahuan secara akademik serta mampu menyentuh proses dan
aspek-aspek social. Model ini juga memunculkan sebuah pengasuhan atau
pengarahan satu sama lain dengan suasana kehangatan dan penuh kepercayaan,
respons positif terhadap peraturan serta kebijakan yang dinegosiasikan,
pembelajaran yang mandiri dan tidak terikat, serta peka terhadap hak orang
lain.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Struktur pengajarn model
group investigation secara umum ada 6 fase yaitu menyajikan situasi yang rumit,
menjelaskan dan menguraikan reaksi terhadap situasi, merumuskan tugas dan
mengaturnya dalam proses pembelajaran, studi yang mandiri dan berkelompok,
menganalisis perkembangan dan proses, mendaur ulang aktivitas.
Model
ini juga memunculkan sebuah pengasuhan atau pengarahan satu sama lain dengan
suasana kehangatan dan penuh kepercayaan, respons positif terhadap peraturan
serta kebijakan yang dinegosiasikan, pembelajaran yang mandiri dan tidak
terikat, serta peka terhadap hak orang lain.
3.2 Saran
a.
Untuk Guru, agar bisa menerapkan model pembelajaran group investigation dalam
proses mengajar
b.
Untuk Siswa, agar siswa mendapatkan cara belajar yang
tepat.
c.
Untuk Penulis, agar pengetahuan penulis semakin
berkembang, terutama model pembelajaran group investigation
DAFTAR
PUSTAKA
Sudrajat,
Akhma. 2009. http: //akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/06/20/
strategi – pembelajaran – kooperatif – metode – group - investigation, diakses tanggal 18 April 2012
pukul 20.01
Anonim. http://blog.tp.ac.id/wp-content/uploads/388/download-makalah-model-pembelajaran.doc, diakses tanggal 18 April 2012
pukul 20.05
Firdaus,
Muhammad. http://muhfida.com
/model – pembelajaran - kooperatif/, diakses tanggal 18 April 2012 pukul 20.55
Anonim. http://blogcopy.com/~ras-eko.blogspot.com%3Fcopy=dqdksy?gmr=12, diakses tanggal 8 Mei 2012
pukul 21.45
No comments:
Post a Comment