Kontribusi

Setiap klik iklan yang ada pada blog, berarti anda sudah turut berkontribusi dalam pengembangan blog ini

Tuesday 7 January 2020

Hampir batal pergi ke curug malela air terjun yang dikenal sebagai mini niagara indonesia

Senin, 6 Januari 2020
    Anak-anak di Kota Bandung mulai masuk sekolah. Bahkan di Jambi katanya udah masuk sejak tanggal 2 januari. Kami baru akan memulai yang namanya liburan. Sebenarnya kami sudah merencanakan liburan sebelum musim liburan tiba, bahkan mau ke The Great Asia Africa ketika tiketnya masih promo Rp. 25.000/orang. Tapi apa boleh buat, manusia berencana, Allah yang menentukan. Musibah sakit bergantian dan bersambung silih berganti menghalangi kami. Apalagi dedek erin si kecil masuk rumah sakit 3 hari.
      Mengapa kami memilih liburan setelah atau sebelum musim libur??? Pertama, untuk menghindari kemacetan di kota bandung dan sekitarnya. Kedua, agar tempat wisatanya tidak terlalu ramai, bebas untuk ambil foto dan video.
      Kami memutuskan untuk berlibur ke curug malela. Curug yang dikenal juga dengan air terjun mini niagara indonesia. Jaraknya cukup jauh dari Kota Bandung. Oleh karena itu kami memutuskan untuk menginap di villa kami yang berada di Kecamatan cihampelas Bandung Barat. Setidaknya mengurangi jarak sepertiganya kalau berangkat dari villa tersebut. Villa?? Jangan berfikir itu villa yang besar, ada kolam renang, dan lengkap segala perlengkapannya. Itu sebenarnya hanya gubuk kecil, belum kami tempati dan perlengkapan terbatas. Hanya kami kunjungi kalau jenuh dengan kepadatan kota bandung, dan ingin menatap langit. Kami sengaja menyebutnya villa biar terasa happy dan seperti berlibur yang sangat menyenangkan. Hehehe..

Selasa, 7 Januari 2019
      Hari yang direncanakan untuk berangkat ke curug malela. Pagi-pagi sekali buka jendela, mau melihat langit. Matahari bukan hanya masih malu menampakkan wajahnya, tetapi awan juga ikut serta menyembunyikannya. Hari ini mendung kawan. Cuaca tidak mendukung untuk petualangan kami. Padahal kami merencanakan untuk berangakat pagi-pagi.
     Pukul 7, setelah membeli sarapan, kami segera menghabiskannya. Sarapan yang dicari nasi kuning, setelah keliling ternyata dapatnya nasi uduk. Tak apa, yang penting bisa berdamai dengan perut ini.
    Hujan... 
    Hujan yang turun mengundang kemalasan untuk bergegas.
    Ragu.. 
    Timbul keraguan untuk menunda rencana ke curug malela barang sehari.
     Setelah cek prakiraan cuaca, ternyata tetap saja besok hujan. Bahkan sepertinya lebih lebat dari hari ini.
    Anis putri pertama kami yang berusia 5,5 tahun sejak tadi sudah bertanya kapan berangkat. Dia paling semangat, bahkan juara 1 mandi hari ini. Anis ini anak yang kalau kita janjikan sesuatu, dia akan sangat ingat dengan janji itu, seperti terukir di jidat kita. Dia akan tagih terus janji itu, setiap milidetik bahkan, apalagi di hari H janji itu harus dipenuhi. Hati2 berjanji dengan Anis, kalau gak mau pusing ditagih.
    Akhirnya abianya bilang, "kalau nanti hujannya reda, kita berangkat. Makanya Anis harus istigfar terus, biar hujannya reda". Sepanjang pagi hingga siang Anis beristigfar. Terjeda main2 bersama adiknya, kemudian beristigfar kembali.
    Gerimis sangat awet. Jam 11, hujan reda langit kembali cerah. Tapi tanggung sekali, sebentar lagi dzuhur. Aku dan suamiku memutuskan untuk berangkat setelah dzuhur saja. Suamiku memutuskan mengikuti sunnah rosul tidur sebelum dzuhur. Aku kembali melanjutkan lembar2 novel yang kubaca. Dek erin di sebelahku jg tertidur. Anis, berada di kamarnya, lamat2 aku terdengar suara, ternyata dia masih beristigfar. Sepertinya dia benar2 punya tekad yang kuat untuk pergi ke curug malela.
      Adzan zhuhur berkumandang, suamiku pergi ke masjid pakai motor karena lumayan jauh dari villa ini. Komplek baru dan gak ada masjidnya. Barangkali tepat suamiku sudah sampai di masjid, hujan yang sangat lebat menyapa tanah, langit cukup gelap seperti tak ada tanda akan berhenti. Sempat patah semangat, namun setelah menit2 berlalu langit cerah. Ada secercah sinar matahari yang menghangatkan. Sangat mendukung untuk melanjutkan rencana kami. Aku bergegas mengajak anis bersiap2, sambil menunggu suamiku pulang sebelum cuaca berubah lagi.
      Sekitar pukul 13 kami berangkat, sudah tercium aroma petualangan. Kami sengaja belum makan siang, memang sengaja mau cari makan di perjalanan menuju curug malela.
      Motor kami melaju santai. Tak berapa lama keluar dari jalan villa kami, di kanan jalan menuju cililin, berjejer toko oleh-oleh yang menjual begitu banyak makanan khas daerah sini. Kami terus melaju, melewati alun-alun cililin lalu berbelok kiri. Jarakpun berlalu, kami tiba di daerah rancapanggung, ada begitu banyak warung-warung makan ikan bakar sederhana disini. Kami baru saja melewati sebuah rumah makan yang paling banyak kendaraan terparkir di depannya, akhirnya kami berbalik. Bisa jadi, tempat ini adalah yang terenak, atau apapun itu, pasti warung ini memiliki kelebihan.
      Setelah memarkir kendaraan, kami masuk dan membaca buku menu. Kami memilih menu paketan, bukan yang satuan. Ada 2 paket disini, paket biasa dan paket komplit. Paket biasa gak ada sayurnya. Aku memilih paket komplit karena ada sayur kangkung dan sayur pecelnya. Ternyata lama juga makanannya datang. Mungkin karena ramai pengunjung dan makanannya memang baru dimasak ketika kira pesan. Air teh tawar yang duluan diantarkan tak begitu lama setelah kita pesan. Hamparan rumput hijau, sungai dan dinding2 bukit cukup menenangkan agar kira tak jengkel minta buru2. Lagian hari kembali hujan, membuat kami kembali ragu apa akan melanjutkan petualangan atau ditunda. 1,5 jam berlalu makanannya datang.

Nasi liwet dan Lauk Pauk
    Paket komplit yang ada digambar buat lapar lagi. Hehehe.. Harganya murah meriah, hanya Rp. 115.000 sudah dapat teh tawar gratis. Kami memesan minum tambahan 2 thai tea dan 1 juz mangga. Total harga yang kami bayar menjadi Rp. 141.000. Kami berempat, dengan Anis dan dedek erin. Tapi yang makan cuma bertiga. Sisa makanan masih banyak, karena ikannya ada 5 pcs, jadi kami bungkus. Lumayan untuk lauk makan malam. Soalnya di villa hanya ada magic com, nanti tinggal masak nasi aja.
       Ketika makan, hujan turun lagi. Sudah jam 3, berfikir akan kemalaman, kami memutuskan untuk menunda petualangan ke curug malela. Yach.. batal deh.
      Sekitar jam setengah 4 lewat, hujan sudah reda dan kami bisa melanjutkan atau pulang. Suami memberi ide, "kita jalan terus aja sampai ketemu sungai berbatu. Nanti main di sungai aja, gak sampai ke curug. Ke curugnya besok aja".
"Oke, go.."
       Setelah melanjutkan perjalanan cukup jauh, sungai berbatu tak kunjung ditemukan. Setelah jauh berjalan, akhirnya kami memutuskan tetap lanjut ke curug malela. Dan....
      Sesampai di curug malela udah jam 17.00 pegawai tiket sudah pulang. Tapi masih boleh turun, cukup bayar parkir aja Rp. 3.000. Akhirnya kami yang sudah sampai disana memutuskan melanjutkan petualangan. Mula2 jalan yang ditempuh bagus banget. Tapi makin lama, hanya tangga tanah. Jauh juga jalan kaki dari parkiran ke air terjunnya, medannyapun cukup menantang. Aku salah pakai sepatu, pakai sepatu biasa, harusnya pakai sepatu kets, sepatu atau sandal gunung lebih baik, karena jalannya menurun dan pulangnya mendaki.
       Lelahnya berjalan terasa hilang ketika menyaksikan keindahan curug malela. Inilah ciptaan Allah SWT. 
      Perjalanan turun cukup lancar kawan, tapi ketika naik, berasa banget. Tenaga terkuras dan nafas ngos-ngosan, sepatu licin. Lengkap deh. Akhirnya kami memutuskan naik ojeg ke parkiran. Disini disediakan ojeg sekali jalan Rp.30.000. Aku bertanya ke tukang ojegnya "Jalannya lebar gak?", tukang ojegnya justru menjawab "InsyaAllah Aman". Setelah minum dan mengatur nafas. Aku naik ojeg yang depan berdua Anis, Suamiku naik yg belakang berdua dek erin. Hari sudah mulai gelap ketika kami naik ke atas, jadi tebing2 yang kami lewati tidak begitu kelihatan. Sayang tidak sempat difoto, lagian tidak terfikirkan juga untuk mengambil foto dalam kondisi ini. Jalan yang kami lewati adalah jalan setapak, jalan tanah, dan sebagiannya becek, pinggir-pinggirnya langsung tebing. Untuk saja sudah gelap, jadi tebing tak bigitu kelihatan, kalau seandainya masih kelihatan, tak terbayangkan betapa ngerinya itu. Sepanjang jalan aku berucap "Allahu Akbar".
      Motor yang kutumpangi ada lampunya, tapi yang ditumpangi suamiku gak ada lampunya. Jadi sepanjang jalanpun aku berdoa dalam hati, "lindungi suamiku dan dek erin". Soalnya naik motor yg ada lampunya ini saja aku takut, bagaimana aku bisa membayangkan naik motor yang gak ada lampunya itu.
      Sampai di parkiran aku langsung berucap kencang, "Alhamdulillah ya Allah"... Berita yang gak baiknya, lauk pauk dan sisa nasi dari tempat makan di rancapanggung tadi di makan anjing. Soalnya kreseknya cuma digantung di motor. Yachh, ini lah namanya gak rejeki, padahal sudah diniatkan untuk makan malam dan bisa jadi sampai untuk sarapan pagi.

Pelajaran yang bisa dipetik dari petualangan kali ini :
1. Fokus pada tujuan dan jangan ragu, insyaAllah tercapai
2. Jangan menyerah
3. Hadapi rintangan
4. Kalau bukan rejeki, meskipun udah ditangan, gak akan jadi punya kita (ex. Lauk, rejeki anjing wilayah curug malela)
5. Banyak2 bersyukur
6. Banyak2 istigfar
7. Banyak2 bersabar

Video curug malela bisa ditonton disini