Kontribusi

Setiap klik iklan yang ada pada blog, berarti anda sudah turut berkontribusi dalam pengembangan blog ini

Thursday, 30 July 2020

Satu Tahun Channel Buku Harian Anis di Youtube

Setahun lebih sudah usia channel ini. Pertama kali upload tanggal 26 Juli 2019 dan sekarang tanggal 30 Juli 2020. Alhamdulillah tetap masih diurus meskipun blm konsisten upload. Banyak kendala terutama anak bayi ini sudah mulai tumbuh sekarang, serta lincah kesana kemari, harus dengan penjagaan ketat.

Latar berlakang mengapa memilih memulai youtube. Kalau gak salah akhir tahun 2017 atau awal tahun 2018, dapat info kalau blog tu bisa dimonetisasi. Sebenarnya dapat info monetisasi itu udah lama, tapi dapat info yg lebih jelas sekitar waktu itu. Saya punya blog sejak tahun 2009. Namun blognya gak pernah diurus. Memposting tulisan hanya sesekali, maklum gak terlalu berbakat dalam menulis. 

Setelah mengetahui bahwa blog bisa dimonetisasi, di awal2 tahun 2018 saya ikut mendaftar adsense untuk blogspot milik saya. Sempat beberapa kali gagal mendaftarkan adsense untuk blog saya, sekitar 2 kali gagal kalau gak salah, yang ketiga baru berhasil. Alasannya seingat saya karena postingan masih sedikit dan ada juga postingan yg cuma baru judul aja. 😄😄😄 inspirasi hanya sebatas judul.

Saya dapat email pemberitahuan bahwa Adsense blog saya diterima itu tanggal 11 September 2018. Sejak saat itu di blog saya ada iklannya. Kalau iklan di klik lumayan, kalau cuma ditayangin aja sedikit banget. Tapi setelah berbulan-bulan, ga dapat jg sampai 10 dolar. Saya melihat youtuber bahkan youtuber yang masih kecil2, punya penghasilan yang lumayan dari youtube. Akhirnya sekitar pertengahan tahun 2018 beli buku tentang youtuber. Ingin belajar serius. Di awal tahun 2018 sebenarnya sudah punya akun youtube untuk toko buku pelangi, tetapi kurang terurus dan belum banyak tahu seluk beluk dunia peryoutuban. Setelah beli buku, bukunya langsung dilahap habis, namun eksekusi juga belum mulai. Niat mulai pas cuti mengajar untuk melahirkan. Desember 2018 akhir semester ganjil, setelah bagi raport, aku mengajukan cuti untuk satu semester genap ini. Mengapa cuti? Karena tahun di semeseter genap 2017/2018 aku pernah keguguran, beban mengajar di semester genap lebih berat karena harus membantu anak2 persiapan UN. Lagian jadwal anak2 UN itu sekitar bulan april, dan perkiraan melahirkan juga akhir april atau awal mei. Jadi khawatir terputus di tengah jalan, lebih baik sudah menyerahkan ke yang lain sejak awal semester.

Sudah mulai cuti januari 2019, ternyata belum eksekusi juga buat youtube. 😄😄😄
Ternyata rencana tak seindah pelaksanaannya. Banyak tantangan gaess...

Akhirnya sekitar pertengahan tahun 2019, di bulan juli. Aku mulai menggarap youtube, pertama pakai akun email sendiri, terus buat akun Buku Harian Anis, ternyata nama di email juga berubah jadi buku harian Anis. Padahal itu email yang sering dipakai untuk kegiatan-kegiatan resmi. Akhirnya buat lagi akun youtube dengan email yang sama, tapi kita bisa menambah/membuat akun youtube baru. Video di akun lama belum dihapus, kemudian di upload lagi ke akun youtube baru. Tiba2 akun youtube barublangsung di suspend sama youtube, benar2 gak bisa kembali. Sebelumnya gak tau kalai reupload tanpa edit itu gak boleh. Maklum pendatang baru. Akhirnya buat lagi akun youtube baru, dengan nama sama "Buku Harian Anis" dengan terlebih dahulu menghapus video yg telah diupload di akun email utama. Dan itulah dia akun youtube yang sampai sekarang udah berusia setahun. Meskipun pergerakannya lambat dan merayap, saya sangat bersyukur, inilah aktivitas saya sekarang. Akhirnya setelah cuti mengajar 1 semester, saya resign mengajar untuk semester berikutnya, karena saya butuh waktu yg lebih banyak di rumah.  Dek erin mulai besar dan kata orang jambi tu lasak. Jadi kalau saya mengajar, abianya gak bisa kerja. Model pendidikan di HS tempat saya mengajar, setiap guru punya jadwal berbeda, bahkan bisa mengajar sampai sore bahkan beberapa kali pernah sholat magrib di masjid dekat rumah murid. Dulu waktu anak masih satu, masih bisa menyesuaikan, sekarang dua, apalagi yang seperti dek erin itu jadi sulit. Mungkin bisa bagi orang lain, tapi aku lebih memilih di rumah dulu untuk sekarang dan membiarkan suamiku yg lebih fokus mengurus usahanya.

Saya sangat berterima kasih untuk teman-teman yang udah mau subscribe dan nonton channel ini. Semoga channel ini bermanfaat seperti yg dicita-citakan ketika akan membuat channel ini. Apa cita-citanya, akan saya ceritakan ketika sudah tercapai.😊😊

Sunday, 12 July 2020

Homeschooling Anis dengan Orang Tua sebagai Guru Tunggal Berakhir dan Saatnya mulai ke Sekolah

Sabtu 11 Juli 2020
         Kami sekeluarga keluar bersama yang kedua kalinya pasca menyimpan diri di rumah sejak pertengahan maret 2020. Pergi kali ini ke SD Teteh Anis untuk Tes Psikologi dan Tes Mengaji.
         Keluar pertama waktu itu liburan 3 hari ke villa (red, pembaca setia blog ini akan ngerti). Tak disangka, padahal hari itu masih PSBB Proporsional hari terakhir (26 Juni 2020), jalan-jalan ramai sekali, dan di beberapa ruas jalan terjadi kemacetan. Bahkan saat tgl 28 Juni kami menelpon Salah Satu Saung Apung di Cihampelas KBB, untuk reservasi tempat, makan2 kecil2an di tengah waduk sambil merayakan ulang tahun pernikahan, ternyata penuh. Padahal saung apung ini termaduk yang besar di kelasnya. Memang saat itu jam makan siang, kalau kesana agak sore mungkin bisa, tapi kami memutuskan membatalkan karena ngeri juga kan masih zaman corona gini, dan sudah ada banyak orang yang kesana. Dikira akan sepi, ternyata tidak.
      Balik ke cerita Anis. Dulu Anis masuk TK Juli 2018 saat berumur 4 tahun 1 bulan, April 2019 sudah wisuda. Sengaja waktu itu 1 tahun aja, dan saat 5 tahun ingin disekolahkan di Kuttab Al Fatih. Bulan Januari 2019 daftar ke Kuttab Al Fatih, ikut rangkaian seleksi yang panjang. Saat mau wisuda TK, sempat ragu juga mau diikutkan atau tidak, soalnya pengumuman kelulusan kuttab mundur terus. Akhirnya Anis ikut wisuda aja, Guru TK Anis sempat bilang, "gpp nanti kalau gak lulus dusana, mau sekolah disini, sekolah aja disini lagi". Setelah Anis wisuda, pengumuman kuttab, gak lulus. Sempat kecewa, tapi kembali berfikir, itu sudah takdir. Akhirnya kami menerima dengan lapang dada. Dan soal sekolah, akhirnya kami memutuskan homeschooling aja di rumah, toh sudah juga ikut wisuda dan punya fotonya. 
          Mau tau nggak kenapa sempat kecewa karena gak masuk Kuttab. Karena Kuttab tu sangat diidam2kan oleh kami selaku kedua orang tua. Karena apa? Karena sistem pendidikannya sesuai dengan visi dan misi kami. Pendidikan Akhlak terutama yang sangat kami harapkan. Karena di Kuttab itu Adab Sebelum Ilmu. Dan juga iman sebelum Al Qur'an. Bagi kami ini cocok sekali, karena adab dan iman ini pondasi. Tergerusnya masalah adab sekarang ini tentunya sedikit banyak mungkin kita semua pernah merasakan. Maka sekolah di Kuttab bagi kami menjadi solusi untuk masalah adab anak2 muda zaman sekarang, dan terutama untuk anak2 kami juga.
      Homeschooling
      Homeschooling ini butuh kerja ekstra dari kedua orang tua, butuh meluangkan waktu dan lain-lain. Meskipun kadang-kadang Anis sudah bisa belajar mandiri. Soal kemandirian, kami sudah lama diajarkan, sebelum sekolah TK, sudah bs membersihkan BAB dan BAK sendiri, bahkan mandipun sudah lama sendiri. Karena bibit2 kemandirian memang terlihat dari kecil. Soalnya dulu kalau mau apa2 dia mau sendiri, sebagai contoh sebelum 2 tahun dulu jika Anis mau minum susu ultra mimi, dia mau nusuk pipetnya sendiri, kalu ditusukin dia menangis.
        Anis itu menurutku cukup kratif dia butuh tempat bermain dan belajar yang lebih luas. Dia sangat suka jalan-jalan di alam. Dulu sempat ikut tes kepribadian pakai sidik jari Stiffin, katanya sih otak kanan lebih dominan. Bisa jadi sih, kayaknya matematika kurang menarik bagi dia. Tapi entahlah, barangkali karena masih kecil.
       Butuh Bantuan
       Setelah dievaluasi perjalanan HS srlama inim Dengan kesibukan kami sebagai orang tua, ditambah sudah ada adiknya, sang super duper yang butuh tenaga ekstra menjaganya. Cuma bisa tenang kalau dia tidur. Akhirnya kami merasa butuh bantuan. Butuh bahan belajar yang lebih variatif, sumber yang variatif, dll, maka gak cukup sepertinya kalau hanya orang tuanya sendiri yang mengajar sebagai guru tunggal. Jadi kami putuskan untuk mendapat bantuan dari sekolah. Bagi anak seperti Anis, sepertinya sekolah alam sangat menarik. Pasti seru kan ya??
      Tapi balik lagi ke keegoisan orang tuanya yg punya visi sendiri tentang pendidikan anaknya. Kami ingin Al Qur'an yang utama. Maka kami mendaftarkan Anis ke Pondok Qur'an. Pondok Qur'an ada SDnya, jadi kami daftarkan kesitu dengan harapan anak kami akan selalu dekat dengan Al Qur'an. Dengan berbagai pertimbangan juga memilih SDQu, melihat juga ada kelas yang seperti saung seperti sekolah alam, dll.
      Yayasan sekolah al quran ini sepertinya lebih dikenal dengan nama pondok qur'an, karena SMPQu dan SMAQu nya boardingschool. SDQu juga ada yang boarding nanti kelas 4. Sepertinya untuk level SD masih bisa memilih, mau boarding atau nggak. Yang membuat kami tertarik adalah dari pagi sudah belajar Al Qur'an dulu sebelum belajar yg lain, ini merupakan pembiasaan yang baik sejak dini.
       Soal biaya masuk, SDQu 2 kali lipat dibanding Kuttab, SPP bulanan hampir sama. Tapi yakin aja, insyaAllah tiap anak ada rejekinya. Jadi bismillah aja, berusaha menyekolahkan anak di tempat yang sama visi dan misinya. Semoga visi dan misi bisa tercapai. Aamiin..
      Dengan menitipkan pendidikan di sekolah bukan berarti pendidikan di rumah terputus. Karena sejatinya Orang Tua adalah Guru Pertama (By Webinar Mendongeng).

Tuesday, 21 April 2020

Belajar bahasa bayi

     Alhamdulillah bentar lagi dek erin mau 1 tahun. Udah bisa berdiri dari duduk tanpa bantuan. Dan jalan kemarin malam sudah bisa 4 langkah.
     Beberapa hari lalu erin melempar kerupuk dalam pelastik yang masih terikat ke aku dan ku kira itu bermain. Jadi langsung kusingkirkan saja kerupuknya, ke sebelah sana. Dan ia kembali mengambil kerupuk itu dan kembali melemparkannya ke aku sambil agak mengis. Masih saja kusingkirkan kerupuknya, diambilnya lagi dan dilemparnya ke arahku sambil nangis dan agak teriak. 
      Aku baru mengerti, ternyata dek erin minta bukakan plastik kerupuknya dan ingin makan kerupuk tersebut. Setelah kubuka, nangisnya langsung reda bergqngi dengan keceriaan. Dalam hati aku bergumam, "wah, dedek erin sudah busa minta bukakan kerupuk, meski masih dengan bahasa nangis"
      Keesokannya, dek erin melempar tumbler 500 mL yang berisi air putih ke aku. Isinya masih setengah lebih. Lumayan sakit tentunya. Aku singkirkan aja tumblernya. Dek erin kejar lagi tumbler itu sambil teriak dan agak nangis. Aku baru ngeh lagi, ternyata dia mau minum. Dia memang sering melihat kami di rumah minum pakai tumbler, biar gak banyak gelas kotor dan terukur jumlah asupan air tiap hatinya. Setelah ini setiap erin melempar tumbler, cukup sekalu aja aku sudah tau kalau dia mau minum. Kadang langsung kuberikan lewat tumbler pelan2, atau diberikan pakai gelas.
      Hari ini, Dek erin melempar Buku zikir ke suamiku. Sama kejadiannya, suamiku singkirkan buku zikir itu, diambil lagi sama dek erin dan dilemparkannya lagi ke suamiku sambil nangis-nangis. Suamiku langsung memanggilku dan bilang erinnya nangis dan melempar2 buku zikir. Aku teringat kejadian kerupuk dan tumbler. "Coba bacakan, mungkin mau dibacakan buku zikirnya". Akhirnya erin langsung diam dan mulutnya bersuara seolah mengikuti lantunan zikir yang dibaca suamiku.
      MasyaAllah... senengnya dalam hati dek erin pinter udah mau berzikir. Itulah beberapa bahasa bayi yang berhasil dimaknai.
      Setiap dek erin melempar tumbler kan sakit banget ya, aku selalu berusaha mengingatkan dek erin, bilang "minum ummi" jangan di lempar. Dek erinnya belum bisa panggil ummi dan bilang minum meskipun sudah hampir setahun. Aku berusaha mengajarlan aja. Kata pertamanya aja "teteh". Dia jg bisa bilang mama, papa. Kata tetehnya mungkin karena erin  lahir di bandung, jadinya mau manggilnya mama papa. Hehehe
      Satu lagi, kayaknya anak kecil peniru ulung jadi apa yang dilihatnya direkam dengan baik dan ditiru. Seperti minum dari tumbler dan baca buku zikir itu. Benar2 harus memberi contoh yang baik sepertinya terutama dimasa2 pembentukan alhlal seperti ini. Aku gak tau dia suka melempar itu melihatnya darimana, benar2 harus hati2 ini. 😁😁😁😁

Monday, 20 April 2020

Mencoba masak capcay jamur kuliner nusantara

Sudah sebulan sejak dikampanyekan #StayAtHome , tentu bosan selalu di rumah, ditambah lagi aku yang gak begitu pandai masak, sehingga masakan yang kusajikan itu-itu saja. Akhirnya hari ini aku mencoba bereksperimen. Tentunya dengan resep yang biasa saja, tapi bahannya tak campur-campur.


Bagi yang ingin mencoba juga, ini resepnya

Bahan :
1. Jamur kuping
2. Jamur Tiram
3. Jamur kancing
4  Buncis
5. Cabe merah
6. Daun salam biar wangi
7. 3 siung baput
8. 3 siung bamer
9. Minyak sayur
10. Garam
11. Bubuk Kaldu (opsional)

Cara memasak
1. Iris semua bahan sayur dan bawang
2. Tuang minyak sayur secukupnya ke kuali
3. Tumis bawang hingga wangi
4. Masukkan cabe yang sudah diiris hingga agak layu
5. Masukkan buncis, diaduk hingga agak layu
6. Masukkan semua jenis jamur bersamaan, tambahkan garam dan bubuk kaldu
7. Aduk rata hingga semua layu dan matang

Oh ya, aku gak tambah air lagi disini, soalnya pas nyuci jamur tiram. Air2 sudah meresap ke jamurnya. Jadi sudah cukup air itu aja menurutku.




Saturday, 18 April 2020

Aku Yang Masih Harus Terus Belajar Bersedekah Dengan Tulus

Minggu, 23 Februari 2020

      Pagi hari jam 8 kurang 15 kami berempat sudah siap berangkat, tentunya menggunakan motor berboncengan 4 dengan 2 putri kami. Motornya ukuran kecil, hanya revo. Tapi ada kebahagiaan ketiga pergi bersama meskipun harus bersempit-sempitan. 
      Aku dan suamiku kebetulan sama-sama punya agenda, tapi bukan agenda yang sama. Kami berdua sama2 bertugas menyiapkan absen, tapi untuk acara yang berbeda. Sangat disayangkan, printer sedang rusak dan masih di tempat service center, baru selesai hari selasa nanti. Jadi, kami pergi ke foto copyan yang ada jasa printnya sekalian. Aku juga harus membeli lauk makan siang, karena acaraku nanti sampai sore dan gak dapat anggaran untuk makan siang. Jadi diputuskan pergi ke jasa print yang berdekatan dengan D'Besto untuk membeli ayam goreng, karena nasinya sudah bawa dari rumah. Tentunya yang tak jauh pula dari tempat dimana kami menjadi panitia.
       Selesai ngeprint dan beli ayam goreng, segera ke tempat acara dimana suamiku yang menjadi panitia. Karena acara tempatku masih jam 9 mulainya. Kami bertiga menunggu diluar gedung kegiatan. Setelah selesai acara pembukaan disini, kami diantar ke tempat kegiatanku. Putri kedua kami Erin, ikut denganku, putri pertama kami Anis ikut suami. Berbagi beban ya... Biar sama2 mengurus 1 anak, karena kami berdua tentunya akan sama2 repot dengan kepanitiaan. Sebenarnya pembagian yg tak cukup adil, karena suami ku membawa putri kami yang sudah 5 tahub lebih dan mudah diatur. Sedang aku membawa puti kami yang masih 10 bulan, dan sering rewel.
       Tepat jam 08.30 aku sampai di depan sebuah SD swasta yang gedung pertemuannya kami pakai untuk kegiatan. Acaraku masih lama, pagar SD masih tertutup. Aku berfikir belum ada panitia lain yang datang, jadi aku memutuskan untuk duduk-duduk di depan pagar. Baru sejenak duduk, ada seorang nenek yang sudah tua menawarkanku jualan yang dia bawa. Aku langsung menggeleng bilang enggak. Suamiku sudah kembali ke tempat acaranya. Kedua kalinya nenek itu menawarkan dagangannya kembali, aku masih menggeleng tidak. Aku berfikir untuk hemat, toh nanti di acara juga dapat kue.
       Nenek itu masih juga santai di depan pagar SD. Tepat ketika nenek itu mau beranjak, aku tersadar dengan ceramah yang kudengar tadi malam. Dialog antara Ustadz Abdul Somad dan AA Gym. Aa gym berkata yang intinya tercatat dalam benakku seperti ini "setiap yang datang kepada kita minta bantuan, itu merupakan kesempatan kebaikan yang diberikan oleh Allah, dan ia merasa berdosa kalau melewatkan kesempatan itu". Deg.... Jantungku berdetak teringat lagi dengan ilmu itu. Aku segera bergegas memanggil nenek itu dan mau membeli dagangannya. Sekarang aku menghampiri nenek itu yang tadinya dia menghampiri aku. Aku memberi uang Rp. 4.000,- dan nenek itu malah mau memberikan 5 buah jajanannya yang tadinya kutanya harganya Rp.1.000,-/pcs. Aku bilang "nggak usah nek, nanti rugi". Dimasukkannya ke pelastik 5 pcs, tapi aku balikkan ke keranjangnya. Ya Allah, malah nenek itu yang mau bersedekah ke aku.
       Aku akhirnya bertanya-tanya tentang usia nenek. Ternyata 1 tahun lagi usianya akan menginjak 80 tahun. Deg, kaget lagi aku. Kemana anak-anaknya membiarkan orang tuanya berjualan. Setelah aku tanya-tanya lagi ternyata yang buat kuenya cucunya. Oh mungkin nenek ini tipe orang tua yang ga bisa diam, maunya bekerja terus. Nenek itu bercerita dia tinggal dengan keluarganya. Tapi terakhirnya aku mengerti ternyata anak dan cucunya bukanlah anak dan cucu kandung, tetapi keponakannya. Nenek tidak punya anak, karena dia tidak menikah. Tapi dari cerita nenek, sepertinya keluarga tetap peduli dengannya. Dia seperti tipe nenek pekerja keras. Aku juga melihat ada yang turun dari motor, menyalami nenek dan memberikan uang untuk jajan, dan nenek tersebut bilang itu cucu menantu dan cicit-cicit.
      Hari ini aku banyak sekali belajar. Usia tua tidak boleh memudarkan semangat untuk tetap bekerja keras, meskipun kita mungkin pas-pasan tetap harus berbagi. Tidal boleh tergantung dengan orang lain, seperti nenek ini meskipun keluarganya tetap mau membiayainya, tapi dia tetap bekerja untuk menjemput rejekinya sendiri.
      Malamnya saat di rumah, aku bercerita tentang nenek tersebut ke suami. Suamiku bertanya, "kenapa gak dilebuhkan aja uangnya mi?" Ya Allah aku lupa, koq gak kefikiran ya.

Senin, 24 Februari 2020
      Hari ini, aku ikut suami ke pasar baru, lebih tepatnya ke tamim. Suami mau membeli bahan, tapi aku dan kedua anakku menunggu di tangga pasar baru. Soalnya gak sanggup keliling bawa 2 bocah ini.
      Kami duduk-duduk di tangga bersama beberapa orang lain yang juga duduk2, entah melepas penat setelah belanja atau ada yang ditunggu juga seperti kami. 
      Aku memperhatikan ada seorang bapak pengemis yang duduk juga, dan meletakkan ember kecil untuk menampung uang disampingnya. Kulihat iya merokok. Aku sangat illfeel kalau melihat  pengemis yang merokok, rasanya hal tersebut bisa menutup nurani sedekahku. Setelah itu kulihat2 lagi, dia mengeluarkan hp androidnya, terlihat seperti hp bagus. Dalam hati aku bergumam apa iya dia layak disedekahi??
Namun tak lama berselang, ada seorang ibu memberi pengemis itu 1 kantong kresek makanan yang dibeli di mamang2 gerobak yang ada di sekitar kami duduk. Ibu itu tetap bersedekah walau dia melihat pengemis itu sedang merokok.
     Hanya persekian menit, Allah menjawab tanda tanya yang ada di hatiku kala itu. Aku memetik pelajaran dari kejadian ini, kalau mau bersedekah ya sedekah aja tidak perlu memberikan penilaian kepada orang yang mau kita sedekahi. Jika kita sedekah artinya kita telah melakukan kebaikan, siapapun penerima sedekah kita, kita akan dapat pahala. Jika tidak rela yang sedekah kita dibelikannya ke rokok, maka bisa mencontoh ibu tadi, beri dalam bentuk makanan. Aku harus belajar sedekah dengan tulus.
      Satu lagi pelajaran yang dapat kupetik, tetap berfikir positif. Mungkin hp itu dibelikan anaknya agar bisa berkomunikasi ataupun ada orang baik yang memberikannya, mungkin dia gak bisa kerja lagi atau bingung mau kerja apa dan hanya terfikir untuk mengemis. Aku mengatakan pada diriku, jangan menghakimi pengemis itu hanya karena melihat dia merokok dan punya hp bagus, karena sejatinya aku tidak mengenalnya.
      Aku juga teringat akan ceramah yang pernah kudengar. Pada zaman Rasulullah, ada seorang sahabat yang kesulitan ekonomi. Sehingga ia meminta sedekah kepada rasulullah, seperti sangat frustasi dan jalan yang terfikir hanya meminta sedekah. Pencerama itu juga mengatakan, kalau seseorang kesulitan ekonomi, bisa jadi dia sulit berfikir dan harus dibantu untuk berfikir. Seperti yang dilakukan rasulullah, beliau tidak langsung memberi sedekah tetapi bertanya apa yang ada di rumahmu. Sahabat tersebut menjawab hanya ada kain. Kemudian rasulullah memintanya membawa kain itu, lalu rasulullah menawarkan kain itu kepada sahabat yang lain untuk dibeli. Akhirnya kain tersebut diberikan kepada sahabat yang menawar dengan harga paling tinggi. Lalu rasulullah memberikan uang kepada sahabat yang terkena masalah ekonomi itu, beliau memintanya untuk membeli makanan untuk keluarganya dan kapak dari uang tersebut. Kapak beliau maksudkan untuk memberinya ide usaha yaitu mencari kayu bakar dan menjualnya. Akhirnya masalah ekonomi sahabat tersebut terpecahkan dan keluarganya tidak kelaparan lagi.

Friday, 20 March 2020

Apa yg kamu fikirikan ketika mendengar Hand sanitizer Strong Acid PH 2,5

Maraknya virus corona membuat berbagai produk hand sanitizer ikut viral dalam dunia bakulan online... Seliweran lewat beranda facebookku. Aku langsung terperangah melihat ada yang jual " HANDSANITIZER STRONG ACID PH 2,5".

Aku yang punya background kuliah ilmu kimia meskipun pendidikan, langsung bener2 kaget. Temen2 yang ilmu kimia, apa yg terbesit di benakmu pertama kali denger STRONG ACID PH 2,5 ??????

Jujur aku langsung terbayang HCl dan H2SO4. Apa iya sejenis HCl dan H2SO4 yang kalau kita berinteraksi dengan zat2 itu pun harus deket lemari asam. Zat-zat ini merupakan kategori bahaya apalagi jika kena kulit.

Waktu mengajar, aku pernah membuat praktikum bersama murid2ku memasukkan ikan ke dalam ASAM LEMAH (WEAK ACID), asam asetat ketika itu. Dengan segera ikan kecil itu mati. Sedih juga melihatnya, tapi dia menyumbang ilmu pengetahuan tentang lingkungan yang tercemar. Itu asam lemah. Bagaimana dengan ASAM KUAT (STRONG ACID)

Aku jadi bertanya2, STRONG ACID yang dimaksud pada produk Hand sanitizer ini tu disebut STRONG karena PH nya 2 atau memang karena jenis asamnya yang memang STRONG ACID???

Wednesday, 5 February 2020

Sedekah itu sungguh sangat sederhana

Pertengahan bulan maret 2018, ada siswa baru di Homeschooling tempatku mengajar. Dia mengambil program individu. Aku kebagian mengajar beberapa mata pelajaran. Jadwal mengajarku senin siang jam 14.00 sampai sore. Pertemuan pertama kali yang kuingat tanggal 19 Maret 2018. Setelah itu sempat beberapa kali ganti jadwal, muridku yang ikut kursus basket ataupun aku yang memiliki kesibukan. Untuk kelas individu memang bebas menentukan jadwal, asal guru dan murid punya kesepakatan waktu belajar 1 mapel 1 kali/pekan.

Bukan perkara mengajar ini yang ingin kuceritakan. Ketika pertama kali pulang mengajar muridku tersebut, aku melewati sebuah rumah tepat di pinggir jalan yang bisa dibilang jalan AS 2 atau AS 3. Aku tidak begitu paham bahasa per propertian. Rumah ini tak jauh dari gerbang perumahan muridku. Rumah sederhana, tapi spesial. Aku tidak melihat rumah ini ketika pergi mengajar. Karena jalan yang dilewati ketika pergi adalah jalan-jalan yang dikasih tau oleh mbah google. Saat pulang, aku memutuskan untuk lewat jalan besar saja, dan akhirnya melihat rumah itu.

Rumah itu cukup lumayan untuk ukuran bandung. Tapi tidak sebesar rumah-rumah kelas atas. Aku bisa menyebutkan bahwa dari penampilan rumah, termasuk menengah. Tapi kita tidak tahu sebenarnya berapa ukuran kekayaan hanya sekedar melihat rumah saja. Bisa jadi yang kita anggap menengah ternyata mereka adalah orang yang zuhud, tidak ingin bermewah-mewah dengan hartanya.

Apa yang membuat rumah itu spesial?
Ada sebuah galon air minum lengkap dengan dispensernya di depan rumah tersebut. Dispenser diletakkan diatas sebuah kursi. Kursinya terbuat dari kayu berkaki empat, persis seperti kursi-kursi kita di sekolah. Kontur daerah bandung, memang tidak rata. Rumah itu pintunya ada dibawah jalan raya. Jadi kalau kita mau bertamu, harus turun dulu melewati tangga. Namun galon air itu diletakkan persis ditepi jalan, di atas dan ada tulisan "BOLEH DIAMBIL".

Itulah pemandangan yang sangat menakjubkan setiap aku pergi mengajar ke daerah sana. Rumah spesial yang menyentuh hati. Pernah suatu hari ada juga diletakkan jambu di kursi yang ada dispenser itu. Sepertinya pohon jambu sang pemilik rumah sedang berbuah, dan dia juga ingin berbagi dengan orang lain.

Dari sinilah aku belajar, bahwa sesungguhnya sedekah itu sangat sederhana.

Teringat pernah mendengar hadist rasulullah tentang bersedekah dengan air ini. Bisa dicari ya, keutamaan sedekah air. Di internet banyak, aku sudah membacanya. Setelah melihat pemandangan ini.

Sayang, aku belum sempat mengabadikan gambar pemandangan yang menakjubkan tersebut. Sekarang aku tak mengajar disana lagi. Nanti kalau aku lewat sana, atau punya keperluan sekitar daerah itu. Mudah2an bisa mampir untuk menabadikan gambarnya.


Tuesday, 7 January 2020

Hampir batal pergi ke curug malela air terjun yang dikenal sebagai mini niagara indonesia

Senin, 6 Januari 2020
    Anak-anak di Kota Bandung mulai masuk sekolah. Bahkan di Jambi katanya udah masuk sejak tanggal 2 januari. Kami baru akan memulai yang namanya liburan. Sebenarnya kami sudah merencanakan liburan sebelum musim liburan tiba, bahkan mau ke The Great Asia Africa ketika tiketnya masih promo Rp. 25.000/orang. Tapi apa boleh buat, manusia berencana, Allah yang menentukan. Musibah sakit bergantian dan bersambung silih berganti menghalangi kami. Apalagi dedek erin si kecil masuk rumah sakit 3 hari.
      Mengapa kami memilih liburan setelah atau sebelum musim libur??? Pertama, untuk menghindari kemacetan di kota bandung dan sekitarnya. Kedua, agar tempat wisatanya tidak terlalu ramai, bebas untuk ambil foto dan video.
      Kami memutuskan untuk berlibur ke curug malela. Curug yang dikenal juga dengan air terjun mini niagara indonesia. Jaraknya cukup jauh dari Kota Bandung. Oleh karena itu kami memutuskan untuk menginap di villa kami yang berada di Kecamatan cihampelas Bandung Barat. Setidaknya mengurangi jarak sepertiganya kalau berangkat dari villa tersebut. Villa?? Jangan berfikir itu villa yang besar, ada kolam renang, dan lengkap segala perlengkapannya. Itu sebenarnya hanya gubuk kecil, belum kami tempati dan perlengkapan terbatas. Hanya kami kunjungi kalau jenuh dengan kepadatan kota bandung, dan ingin menatap langit. Kami sengaja menyebutnya villa biar terasa happy dan seperti berlibur yang sangat menyenangkan. Hehehe..

Selasa, 7 Januari 2019
      Hari yang direncanakan untuk berangkat ke curug malela. Pagi-pagi sekali buka jendela, mau melihat langit. Matahari bukan hanya masih malu menampakkan wajahnya, tetapi awan juga ikut serta menyembunyikannya. Hari ini mendung kawan. Cuaca tidak mendukung untuk petualangan kami. Padahal kami merencanakan untuk berangakat pagi-pagi.
     Pukul 7, setelah membeli sarapan, kami segera menghabiskannya. Sarapan yang dicari nasi kuning, setelah keliling ternyata dapatnya nasi uduk. Tak apa, yang penting bisa berdamai dengan perut ini.
    Hujan... 
    Hujan yang turun mengundang kemalasan untuk bergegas.
    Ragu.. 
    Timbul keraguan untuk menunda rencana ke curug malela barang sehari.
     Setelah cek prakiraan cuaca, ternyata tetap saja besok hujan. Bahkan sepertinya lebih lebat dari hari ini.
    Anis putri pertama kami yang berusia 5,5 tahun sejak tadi sudah bertanya kapan berangkat. Dia paling semangat, bahkan juara 1 mandi hari ini. Anis ini anak yang kalau kita janjikan sesuatu, dia akan sangat ingat dengan janji itu, seperti terukir di jidat kita. Dia akan tagih terus janji itu, setiap milidetik bahkan, apalagi di hari H janji itu harus dipenuhi. Hati2 berjanji dengan Anis, kalau gak mau pusing ditagih.
    Akhirnya abianya bilang, "kalau nanti hujannya reda, kita berangkat. Makanya Anis harus istigfar terus, biar hujannya reda". Sepanjang pagi hingga siang Anis beristigfar. Terjeda main2 bersama adiknya, kemudian beristigfar kembali.
    Gerimis sangat awet. Jam 11, hujan reda langit kembali cerah. Tapi tanggung sekali, sebentar lagi dzuhur. Aku dan suamiku memutuskan untuk berangkat setelah dzuhur saja. Suamiku memutuskan mengikuti sunnah rosul tidur sebelum dzuhur. Aku kembali melanjutkan lembar2 novel yang kubaca. Dek erin di sebelahku jg tertidur. Anis, berada di kamarnya, lamat2 aku terdengar suara, ternyata dia masih beristigfar. Sepertinya dia benar2 punya tekad yang kuat untuk pergi ke curug malela.
      Adzan zhuhur berkumandang, suamiku pergi ke masjid pakai motor karena lumayan jauh dari villa ini. Komplek baru dan gak ada masjidnya. Barangkali tepat suamiku sudah sampai di masjid, hujan yang sangat lebat menyapa tanah, langit cukup gelap seperti tak ada tanda akan berhenti. Sempat patah semangat, namun setelah menit2 berlalu langit cerah. Ada secercah sinar matahari yang menghangatkan. Sangat mendukung untuk melanjutkan rencana kami. Aku bergegas mengajak anis bersiap2, sambil menunggu suamiku pulang sebelum cuaca berubah lagi.
      Sekitar pukul 13 kami berangkat, sudah tercium aroma petualangan. Kami sengaja belum makan siang, memang sengaja mau cari makan di perjalanan menuju curug malela.
      Motor kami melaju santai. Tak berapa lama keluar dari jalan villa kami, di kanan jalan menuju cililin, berjejer toko oleh-oleh yang menjual begitu banyak makanan khas daerah sini. Kami terus melaju, melewati alun-alun cililin lalu berbelok kiri. Jarakpun berlalu, kami tiba di daerah rancapanggung, ada begitu banyak warung-warung makan ikan bakar sederhana disini. Kami baru saja melewati sebuah rumah makan yang paling banyak kendaraan terparkir di depannya, akhirnya kami berbalik. Bisa jadi, tempat ini adalah yang terenak, atau apapun itu, pasti warung ini memiliki kelebihan.
      Setelah memarkir kendaraan, kami masuk dan membaca buku menu. Kami memilih menu paketan, bukan yang satuan. Ada 2 paket disini, paket biasa dan paket komplit. Paket biasa gak ada sayurnya. Aku memilih paket komplit karena ada sayur kangkung dan sayur pecelnya. Ternyata lama juga makanannya datang. Mungkin karena ramai pengunjung dan makanannya memang baru dimasak ketika kira pesan. Air teh tawar yang duluan diantarkan tak begitu lama setelah kita pesan. Hamparan rumput hijau, sungai dan dinding2 bukit cukup menenangkan agar kira tak jengkel minta buru2. Lagian hari kembali hujan, membuat kami kembali ragu apa akan melanjutkan petualangan atau ditunda. 1,5 jam berlalu makanannya datang.

Nasi liwet dan Lauk Pauk
    Paket komplit yang ada digambar buat lapar lagi. Hehehe.. Harganya murah meriah, hanya Rp. 115.000 sudah dapat teh tawar gratis. Kami memesan minum tambahan 2 thai tea dan 1 juz mangga. Total harga yang kami bayar menjadi Rp. 141.000. Kami berempat, dengan Anis dan dedek erin. Tapi yang makan cuma bertiga. Sisa makanan masih banyak, karena ikannya ada 5 pcs, jadi kami bungkus. Lumayan untuk lauk makan malam. Soalnya di villa hanya ada magic com, nanti tinggal masak nasi aja.
       Ketika makan, hujan turun lagi. Sudah jam 3, berfikir akan kemalaman, kami memutuskan untuk menunda petualangan ke curug malela. Yach.. batal deh.
      Sekitar jam setengah 4 lewat, hujan sudah reda dan kami bisa melanjutkan atau pulang. Suami memberi ide, "kita jalan terus aja sampai ketemu sungai berbatu. Nanti main di sungai aja, gak sampai ke curug. Ke curugnya besok aja".
"Oke, go.."
       Setelah melanjutkan perjalanan cukup jauh, sungai berbatu tak kunjung ditemukan. Setelah jauh berjalan, akhirnya kami memutuskan tetap lanjut ke curug malela. Dan....
      Sesampai di curug malela udah jam 17.00 pegawai tiket sudah pulang. Tapi masih boleh turun, cukup bayar parkir aja Rp. 3.000. Akhirnya kami yang sudah sampai disana memutuskan melanjutkan petualangan. Mula2 jalan yang ditempuh bagus banget. Tapi makin lama, hanya tangga tanah. Jauh juga jalan kaki dari parkiran ke air terjunnya, medannyapun cukup menantang. Aku salah pakai sepatu, pakai sepatu biasa, harusnya pakai sepatu kets, sepatu atau sandal gunung lebih baik, karena jalannya menurun dan pulangnya mendaki.
       Lelahnya berjalan terasa hilang ketika menyaksikan keindahan curug malela. Inilah ciptaan Allah SWT. 
      Perjalanan turun cukup lancar kawan, tapi ketika naik, berasa banget. Tenaga terkuras dan nafas ngos-ngosan, sepatu licin. Lengkap deh. Akhirnya kami memutuskan naik ojeg ke parkiran. Disini disediakan ojeg sekali jalan Rp.30.000. Aku bertanya ke tukang ojegnya "Jalannya lebar gak?", tukang ojegnya justru menjawab "InsyaAllah Aman". Setelah minum dan mengatur nafas. Aku naik ojeg yang depan berdua Anis, Suamiku naik yg belakang berdua dek erin. Hari sudah mulai gelap ketika kami naik ke atas, jadi tebing2 yang kami lewati tidak begitu kelihatan. Sayang tidak sempat difoto, lagian tidak terfikirkan juga untuk mengambil foto dalam kondisi ini. Jalan yang kami lewati adalah jalan setapak, jalan tanah, dan sebagiannya becek, pinggir-pinggirnya langsung tebing. Untuk saja sudah gelap, jadi tebing tak bigitu kelihatan, kalau seandainya masih kelihatan, tak terbayangkan betapa ngerinya itu. Sepanjang jalan aku berucap "Allahu Akbar".
      Motor yang kutumpangi ada lampunya, tapi yang ditumpangi suamiku gak ada lampunya. Jadi sepanjang jalanpun aku berdoa dalam hati, "lindungi suamiku dan dek erin". Soalnya naik motor yg ada lampunya ini saja aku takut, bagaimana aku bisa membayangkan naik motor yang gak ada lampunya itu.
      Sampai di parkiran aku langsung berucap kencang, "Alhamdulillah ya Allah"... Berita yang gak baiknya, lauk pauk dan sisa nasi dari tempat makan di rancapanggung tadi di makan anjing. Soalnya kreseknya cuma digantung di motor. Yachh, ini lah namanya gak rejeki, padahal sudah diniatkan untuk makan malam dan bisa jadi sampai untuk sarapan pagi.

Pelajaran yang bisa dipetik dari petualangan kali ini :
1. Fokus pada tujuan dan jangan ragu, insyaAllah tercapai
2. Jangan menyerah
3. Hadapi rintangan
4. Kalau bukan rejeki, meskipun udah ditangan, gak akan jadi punya kita (ex. Lauk, rejeki anjing wilayah curug malela)
5. Banyak2 bersyukur
6. Banyak2 istigfar
7. Banyak2 bersabar

Video curug malela bisa ditonton disini