Bukan perkara mengajar ini yang ingin kuceritakan. Ketika pertama kali pulang mengajar muridku tersebut, aku melewati sebuah rumah tepat di pinggir jalan yang bisa dibilang jalan AS 2 atau AS 3. Aku tidak begitu paham bahasa per propertian. Rumah ini tak jauh dari gerbang perumahan muridku. Rumah sederhana, tapi spesial. Aku tidak melihat rumah ini ketika pergi mengajar. Karena jalan yang dilewati ketika pergi adalah jalan-jalan yang dikasih tau oleh mbah google. Saat pulang, aku memutuskan untuk lewat jalan besar saja, dan akhirnya melihat rumah itu.
Rumah itu cukup lumayan untuk ukuran bandung. Tapi tidak sebesar rumah-rumah kelas atas. Aku bisa menyebutkan bahwa dari penampilan rumah, termasuk menengah. Tapi kita tidak tahu sebenarnya berapa ukuran kekayaan hanya sekedar melihat rumah saja. Bisa jadi yang kita anggap menengah ternyata mereka adalah orang yang zuhud, tidak ingin bermewah-mewah dengan hartanya.
Apa yang membuat rumah itu spesial?
Ada sebuah galon air minum lengkap dengan dispensernya di depan rumah tersebut. Dispenser diletakkan diatas sebuah kursi. Kursinya terbuat dari kayu berkaki empat, persis seperti kursi-kursi kita di sekolah. Kontur daerah bandung, memang tidak rata. Rumah itu pintunya ada dibawah jalan raya. Jadi kalau kita mau bertamu, harus turun dulu melewati tangga. Namun galon air itu diletakkan persis ditepi jalan, di atas dan ada tulisan "BOLEH DIAMBIL".
Itulah pemandangan yang sangat menakjubkan setiap aku pergi mengajar ke daerah sana. Rumah spesial yang menyentuh hati. Pernah suatu hari ada juga diletakkan jambu di kursi yang ada dispenser itu. Sepertinya pohon jambu sang pemilik rumah sedang berbuah, dan dia juga ingin berbagi dengan orang lain.
Dari sinilah aku belajar, bahwa sesungguhnya sedekah itu sangat sederhana.
Teringat pernah mendengar hadist rasulullah tentang bersedekah dengan air ini. Bisa dicari ya, keutamaan sedekah air. Di internet banyak, aku sudah membacanya. Setelah melihat pemandangan ini.