Kontribusi

Setiap klik iklan yang ada pada blog, berarti anda sudah turut berkontribusi dalam pengembangan blog ini

Tuesday 2 August 2011

Akhlak-akhlak yang Baik


AKHLAK YANG BAIK

Akhlak tempatnya di dalam hati. Ia adalah “central command” perilaku manusia dan ia juga adalah penentu baik-buruk perilaku seseorang.
Asas akhlak yang membawa kebaikan amal perbuatan adalah zikrullah, iaitu selalu mengingati Allah swt dalam segala keadaan. Zikrullah adalah dasar akhlak mulia, bersama sifat pemaaf, suka mengajak kepada kebenaran, berpaling dari orang-orang bodoh, suka berlindung kepada Allah swt dari godaan syaitan.
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (QS Al A’raf : 199-201)
Kemuliaan akhlak adalah matlamat utama bagi ajaran islam sebagaimana yang yang ditegaskan oleh Rasulullah SAW tentang tujuan pengutusannya.”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”
Kemuliaan akhlak adalah tanda keimanan seseoran karena akhlak adalah hasil dari keimanannya. Sabda Rasulullah SAW :
“Bukanlah iman itu hanya dengan cita-cita tetapi iman itu ialah keyakinan yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan”
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang apa itu agama? Baginda menjawab ; emuliaan akhlak (Husnul Khuluq). Apabila ditanya tentang apa itu kejahatan, baginda menjawab : Akhlak yang buruk (Su’ul khuluq).
Akhlak yang dimiliki seorang hamba merupakan amalan yang paling berat timbangannya di hari kiamat nati. Sesuai Sabda Rasulullah SAW :
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat di atas neraca timbangan seorang hamba di hari kiamat selain dari akhlak yang baik. (Hadist riwayat Abu Daud dan Tirmizi)
Di dalam islam, akhlak yang mulia itu lahir sebagai hasil dar ibadat yang dilakukan. Tanpa hasil ini, tinggallah ibadat-ibadat itu sebagai upacara dan gerak-gerik yang tidak memiliki nilai dan faedah. Misal nya shalat, Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (QS. Al Ankabut : 45)
Usaha dakwah yang kita laksanakan hendaklah tidak terlepas daripada keupayaan untuk membentuk karakter peribadi mulia dengan asas akhlak yang mulia seperti berikut :

PERTAMA : BERBICARA YANG BAIK-BAIK SAHAJA
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau (jika tidak demikian) hendaklah diam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sebuah pembicaraan dikatakan baik apabila isinya :
a. Bermanfaat.
b. Mengandungi kebajikan.
c. Membuat pendengarnya senang hati.
d. Tidak menyakiti hati orang lain.
Pembicaraan yang baik mempunyai beberapa ciri :
1.      Penggunaan kata-kata yang benar atau sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (qaulan sadida) sebagaimana ayat berikut :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khuatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS An-Nisaa’ : 9)
2.      Penggunaan kata-kata yang tepat sasaran, komunikatif, atau mudah difahami (qaulan baligha) sebagaimana ayat berikut :
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah  kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (QS An Nisaa’ : 63)
3.      Penggunaan kata-kata yang santun, lemah-lembut, atau tidak kasar (qaulan karima) sebagaimana ayat berikut :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganla  kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al Isra’ : 23)
4.      Pembicaraan yang baik juga mesti mengandungi kejujuran atau kebenaran (shidqi).

KEDUA : MALU (HAYA’)
Malu adalah perasaan untuk tidak ingin direndahkan atau dipandang buruk oleh pihak lain. Jadi, malu adalah persoalan harga diri atau maruah.
Malu yang paling utama adalah malu kepada Allah swt sehingga kita tidak ingin berbuat sesuatu yang melanggar peraturanNya. Malu kepada manusia juga mestilah dalam konteks malu kepada Allah.
“Sesungguhnya sebahagian yang didapatkan manusia dari perkataan nabi-nabi terdahulu ialah ‘Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesuka hatimu!’” (HR Bukhari)

KETIGA : RENDAH HATI (TAWADHU’)
 Ia adalah perasaan lemah dan kecil di hadapan Allah. Sifat ini akan membuat seseorang tidak :
a. Berlaku sombong.
b. Tidak memandang dirinya mulia.
c. Merasa paling benar.
Fudhail bin Iyadh berkata :
“Tawadhu’ ialah tunduk kepada kebenaran dan mengikutinya, walaupun kebenaran itu datang dari seorang anak kecil.”

KEEMPAT : SENYUM ATAU BERMANIS MUKA DAN MENAMPAKKAN WAJAH BERSERI
Senyum adalah suatu kebajikan dan sama dengan ibadah sedekah. Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya agar murah senyum atau bermuka manis. Kemanfaatan senyum dapat kita rasakan tatkala melihat keramahan orang lain pada kita.
Sebaliknya, sukakah kita melihat orang bermuka masam terhadap kita?
Rasulullah saw bersabda :
 “Kamu tidak dapat meratai (memberi semua) manusia dengan harta-hartamu, tetapi hendaklah bermanis muka dan perangai yang baik dari kamu meratai mereka.” (HR Abu Ya’la)
Dari Jabir bin Abdillah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kebaikan adalah shadaqoh. Dan termasuk kebaikan jika engkau menemui saudaramu dengan wajah berseri, dan jika engkau menuangkan air dari bejana milikmu pada bejana milik saudaramu” (HR. Ahmad dan At-Tirmizi)

KELIMA : SABAR DAN BRSIFAT LEMAH LEMBUT
Dalam menekuni aktvitas dakwah hendaknya kita memiliki sifat lemah lembut dan sabar sebagai modal kita. Karena dalam perjalanan dakwah, tentunya tidak mudah. Kita akan menemu berbagai hambatan dan ritangan. Namun kita diminta Allah untuk membantah dengan cara yang baik.
Bersabar dalam pergaulan adalah sifat mukmin sejati. Dalam bergaul, kita menemui ramai manusia dengan berbagi ragam, watak dan perilakunya :
a. Ada yang menyenangkan.
b. Ada pula yang menyusahkan.
Terhadap yang tidak menyenangkan, kita disuruh bersabar menghadapi sikap mereka.
“Mukmin yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih baik daripada yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka.” (HR Ibnu Majah dan Tirmizi)
Imam Al-Ghazali berkata :
“Sabar adalah suatu keadaan mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya adalah atas dorongan ajaran agama”.
Menurut Nabi saw, ada beberapa tingkatan sabar iaitu :
1. Sabar dalam menghadapi musibah.
2. Sabar dalam mematuhi perintah Allah swt.
3. Sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Sabar yang pertama merupakan tingkatan kesabaran yang terendah, yang kedua merupakan tingkatan  pertengahan dan yang ketiga merupakan tingkatan kesabaran tertinggi. (HR Ibnu Abi Ad-Dunia)
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an tentang sabar dan lemah lembut  :
“Dalam pd itu (ingatlah), orang yg bersabar & memaafkan (kesalahan orang terhadapnya), sesungguhnya yg demikian itu adalah dari perkara-perkara yg dikehendaki diambil berat (melakukannya)”. (Asy-Syura:43).
 “Oleh itu biarkanlah (golongan kafir yg mendustakan kamu itu wahai Muhammad) serta layanilah mereka dg cara yg baik”2 (Al-Hijr:85).
 “Sesungguhnya orang-orang yg bersabar saja yg akan disempurnakan pahala mereka dg tdk terkira”. (Az-Zumar:10).
 “Dan (sebaliknya) hendaklah mereka memaafkan serta melupakan kesalahan orang-orang itu, tidakkah kamu suka supaya Allah mengampunkan dosa kamu? (An-Nur 22).
 “Dan hamba-hamba Tuhan yg Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yg berjalan di atas bumi dg rendah hati & apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. )( Al-Furqan, Ayat: 63).
Rasulullha SAW bersabda tentang Sabar dan Lemah Lembut :
 “Sesungguhnya seorang hamba itu akan mencapai derajat orang-orang yg berpuasa serta shalat malam dg sifat lemah lembutnya”.2 (Tirmizi dari ‘Aisyah & Abdul Qadir al-Arnaut berkata: Sanadnya sahih)
 “Maukah aku beritahukan kepadamu suatu perkara yg dengannya Allah akan memuliakan kedudukanmu & mengangkatnya kepada beberapa derajat yg tinggi?. Mereka menjawab: Ya! Beliau bersabda: Berlemah-lembut lah kamu terhadap orang jahil, maafkanlah orang yg menzhalimi kamu, luaskanlah pemberian kepada orang yg menahan pemberiannya kepadamu & sambung lah hubungan silaturahim terhadap orang yg memutuskannya terhadap kamu”.2 (At-Thabrani & Al-Bazzar)
 “Apabila Allah SWT menghimpunkan makhluk-Nya di hari Kiamat, penyeru pd hari itu menyeru: “Di manakah orang-orang yg mempunyai keistimewaan”. Beliau bersabda: “Lalu bangun segolongan manusia & bilangan mereka adalah sedikit. Mereka semua bergerak dg cepat memasuki surga lalu disambut oleh para malaikat.” Kemudian mereka ditanya: “Apakah keistimewaan kamu?” Mereka menjawab: “Apabila kami dizhalimi kami bersabar, apabila dilakukan kejahatan kepada kami, kami berlemah-lembut”. Lalu dikatakan kepada mereka: “Masuklah kamu ke dalam Surga karena ia adalah sebaik-baik ganjaran bagi orang-orang yg beramal”.2 (Al-Baihaqi dalam “Syuab al-Iman” & beliau berkata: “Terdapat kelemahan dalam sanadnya)

KEENAM : KUAT ATAU TAHAN DIRI
Kuat artinya memiliki ketahanan mental dan fizikal yang tinggi, tidak mudah putus asa, tidak suka mengeluh dan sihat jasmani-rohani. Kuat juga boleh diertikan sebagai unggul dan berkualiti.
Firman Allah swt :
 “Janganlah berputus-asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali kaum kafir.” (QS Yusuf : 87)

KETUJUH : PEMAAF DAN TIDAK PENDENDAM
Memaafkan kesalahan manusia dan menahan amarah adalah ciri orang yang bertakwa sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah swt dalam Al Qur’an :
“(Iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang mahupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran ayat 134)
Begitu juga Rasulullah saw bersabda :
“Allah tidak akan menambah seseorang yang suka memberi maaf melainkan dengan kemuliaan.” (HR Muslim)
 
KELAPAN : MENAHAN AMARAH
Marah boleh membawa kepada malapetaka. Orang yang sedang marah sebenarnya telah dikuasai oleh hawa nafsu dan syaitan. Fikirannya menjadi tidak jernih dan tidak bersih. Akalnya menjadi tidak berfungsi normal.
Rasulullah saw bersabda :
“Bukanlah orang yang gagah perkasa namanya iaitu yang kuat bergusti, tetapi yang disebut gagah perkasa itu ialah orang yang dapat mengendalikan nafsunya (dirinya) ketika sedang marah.” (HR Bukhari dan Muslim)

KESEMBILAN : ZUHUD
Ketika seorang sahabat meminta nasihat tentang amal yang disukai Allah dan manusia, Nabi saw menegaskan :
“Berzuhudlah dari dunia, niscaya Allah menyukaimu dan zuhudlah dari apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia menyukaimu.” (HR Ibnu Majah)
Zuhud adalah sikap yang tidak terlalu mencintai dunia, bahkan membencinya dalam batas-batas yang wajar.
Menurut Rasulullah saw :
“Zuhud di dunia tidak mengharamkan yang halal dan tidak membuang harta…” (HR Tirmizi)

KESEPULUH : QANAAH
Ia adalah sikap merasa cukup dengan rezeki yang diberikan oleh Allah swt. Sikap yang demikian membuatnya tenang dan sentiasa mensyukuri pemberianNya, samada sedikit ataupun banyak.
Rasulullah saw bersabda :
“Bukanlah orang kaya itu yang banyak hartanya, melainkan yang kaya jiwanya (hatinya).” (HR Bukhari dan Muslim)

KESEBELAS : WARA’
Ia adalah sikap menjauhi perkara-perkara yang syubhat kerana takut jatuh kepada keharaman. Syubhat ertinya tidak dapat dipastikan halal-haramnya (berada antara halal dan haram).
 Nabi saw bersabda :
“Siapa yang menjauhi syubhat bererti ia membersihkan diri dan agamanya. Siapa yang mendekati syubhat, maka dikhuatirkan termasuk pada hal yang haram. (HR Muttafaq `Alaih)

KEDUABELAS : SUKA MENOLONG
Ia adalah sikap suka membantu orang yang sedang dalam kesulitan, selama berada pada garis kebaikan dan takwa. Termasuk menolong orang lain adalah menutupi aibnya sehingga tidak membuatnya malu.
Rasulullah saw bersabda :
 “Siapa yang menutupi aib orang mukmin, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan tetap menolong hambaNya selama hambaNya itu suka menolong saudaranya.” (HR Muslim)
Demikianlah beberapa karakteristik peribadi mulia yang mesti kita tanamkan dalam diri kita dan didakwahkan kepada orang lain. Semoga Allah memberikan bimbingan dan pertolongan kepada kita dan para pendakwah di jalan Allah swt.
 Ya Allah, kurniakanlah sifat-sifat dan karakter-karakter peribadi yang mulia kepada kami sehingga memudahkan kami untuk menyampaikan dakwah dan risalahMu kepada manusia. Jauhkanlah sifat-sifat dan karakter-karakter yang buruk dari kami yang akan menjauhkan manusia daripada mendapat petunjuk dan hidayahMu.

KETIGA BELAS :MEMELIHARA PANDANGAN
Seorang muslim haruslah menjaga pandangannya. Karena pandangan merupakan salah satu factor yang bisa mengganggu ketenangan syahwat yang akan lebih dekat kearah maksiat. Allah berfirman tentang hal ini dalam Alqur’an Surat An Nur : 30-31.
Rasulullah SAW bersabda : Pandangan adalah panah yang beracun, yang merupakan salah satu panahnya Iblis'. (HR Ahmad dan al-Hakim)

KEEMPAT BELAS : BERSIFAT BENAR DAN JUJUR
Seorang muslim itu mesti bersifat benar & tdk berdusta. Berkata benar sekalipun kepada diri sendiri karena takut kepada Allah & tdk takut kepada celaan orang. Sifat dusta adalah sifat yg paling jahat & hina & ia menjadi pintu masuk kepada tipu daya syaitan. Seseorang yg memelihara dirinya dari kebiasaan berdusta berarti dia memiliki pertahanan & benteng yg dapat menghalang dari was-was syaitan & bisikan-bisikannya.
Berhati-hati & memelihara diri dari sifat dusta akan menjadikan jiwa seorang itu mempunyai pertahanan & benteng yg kokoh menghadapi rayuan & tipu-daya syaitan.
Dengan demikian, jiwa seseorang akan senantiasa bersih, mulia & terhindar dari tipu-daya syaitan. Sebaliknya sifat dusta meruntuhkan jiwa & membawa kehinaan pribadi manusia. Karena itulah Islam mengharamkan sifat dusta & menganggap sebagai satu penyakit dari penyakit-penyakit yg dilaknat. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya sifat benar membawa kepada kebajikan & sesungguhnya kebajikan itu membawa ke surga. Seseorang yg senantiasa bersifat benar hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yg benar. Dan sesungguhnya sifat dusta itu membawa kepada kezhaliman (kejahatan) & kejahatan itu membawa ke neraka. Seorang lelaki yg senantiasa berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta”. (Muttafaqun Alaih).

KELIMA BELAS : MENJAUHI BURUK SANGKA DAN MENGUMPAT
Allah Berfirman:
“Hai orang-orang yg beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. & janganlah mencari-cari keburukan orang & janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yg suka memakan daging saudaranya yg sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. & bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”. (Al-Hujurat:12).
Allah juga berfirman lagi:
“Dan orang-orang yg menyakiti orang-orang yg mukmin & mukminat tanpa kesalahan yg mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan & dosa yg nyata”. (Al-Ahzab:58).
Dan Rasulullah saw bersabda:
“Wahai orang-orang yg beriman dg lidahnya saja, sedang iman belum memasuki hatinya, janganlah kamu mengumpat orang-orang Islam yg lain & janganlah kamu mengintai-intai keburukan mereka, karena barangsiapa yg mengintai-intai keburukan saudaranya, Allah akan membongkar keburukannya sekalipun dia berada di dalam rumahnya”. (Abu Daud).

KEENAM BELAS : BERMURAH HATI
Seorang Muslim selayaknya bersifat pemurah, sanggup berkorban dg jiwa & harta bendanya pd jalan Allah. Di antara cara yg dapat menyingkap kebakhilan seseorang itu ialah dg cara memintanya membelanjakan uang karena berapa banyak dari kalangan mereka yg berkedudukan, bercita-cita tinggi serta berpangkat gugur dari jalan ini, disebabkan oleh sikap rakus terhadap harta benda duniawi.
Di dalam Al-Quran sendiri terdapat banyak ayat yg menjelaskan ciri-ciri keimanan yg dikaitkan dg sifat pemurah. Di antaranya:
“Dan yg mendermakan sebahagian dari apa yg Kami anugerahkan kepada mereka”. (Al-Anfal: 3).
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yg memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yg dikehendaki-Nya. & apa saja harta yg baik yg kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu utk kamu sendiri. & janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. & apa saja harta yg baik yg kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dg cukup sedang kamu sedikit pun tdk akan dianiaya (dirugikan)”. (Al-Baqarah:272).
Adapun bagi orang-orang yg bakhil / kikir seharusnya mendengar & mengambil pelajaran & pesan Rasulullah saw yg berbunyi:
“Tidak ada suatu hari-pun yg dilalui oleh seorang hamba kecuali (hari-hari) didatangi oleh dia Malaikat lalu salah satu darinya berdoa: “Ya Allah! Berikanlah ganti kepada si hamba yg menafkahkan hartanya”. Manakala Malaikat yg kedua pula berdoa: Ya Allah! Berikanlah kebinasaan kepada si hamba yg bakhil ini”. (Bukhari & Muslim)

KETUJUH BELAS : MEMENUHI JANJI
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.”(QS. Al-Maidah :1)
“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawaban.” (QS. Al-Isra : 34)

KEDELAPAN BELAS : AMANAH
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya, Allah menyuruh kamu menyampaian amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS. An-Nisa : 58)
Seluruh perintah syari’at merupakan amanah. Melakukan ketaatan terhadap syari’at juga dapat dikatakan sebagai amanah. Oleh karena itu, seluruh perintah dan larangan pada dasarnya merupakan amanah.
 
KESEMBILAN BELAS : BERSIKAP BAIK PADA TETANGGA
Allah SWT berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.” (QS. An-Nisa : 36)
Dari Anas ra, Rasulullah SAW bersabda, “Demi Alla yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak dikatakan beriman seorang hamba hingga ia mencintai tetangga atau saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muslim)

KEDUA PULUH : MEMULIAKAN ORANG TUA
Dari ubadah bin ash-Shamit ra, Rasulullah SAW bersabda, “Bukan termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang alim di antara kita” (HR. Ahmad)
Sabda Rasulullah saw. : "Surga terletak di telapak kaki ibu" ; "Keridloan orangtua merupakan keridloan Allah"
Bentuk manifestasi bersyukur, yaitu terdapat dalam surat Al Israa' 17:23.
QS Al Israa’ 17:23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.

 
Refferensi :
Ahira, Anne. http://www.anneahira.com/akhlak-yang-baik.htm , diakses tanggal 25 Mei 2011 pukul 12.55
Yakan, Fathi. 2002. KOmitmen Muslim Sejati.Solo : Era Intermedia.
Mu fias. 2011. http://dakwah.info/akhlak/karakteristik-peribadi-mulia/  , diakses tanggal 25 Mei 2011 pukul 12.50

Untuk mendapatan file nya bisa di download disini.